23 Desember 2013

Sejarah Kelatnas Indonesia Perisai Diri

Pak Dirdjo (panggilan akrab R.M. Soebandiman Dirdjoatmodjo) lahir di Yogyakarta pada tanggal 8 Januari 1913 di lingkungan Pura Pakualaman. Beliau adalah putra pertama dari R.M. Pakoe Soedirdjo, buyut dari Sri Paduka Paku Alam II. Sejak berusia 9 tahun beliau telah dapat menguasai ilmu pencak silat yang ada di lingkungan keraton sehingga mendapat kepercayaan untuk melatih teman-temannya di lingkungan Pura Pakualaman. Di samping pencak silat beliau juga belajar menari di istana Pakualaman sehingga berteman dengan Wasi dan Bagong Koessoediardja.

Pak Dirdjo yang pada masa kecilnya dipanggil dengan nama Soebandiman atau Bandiman oleh teman-temannya ini, merasa belum puas dengan ilmu silat yang telah didapatkannya di lingkungan istana Pakualaman itu. Karena ingin meningkatkan kemampuan ilmu silatnya, setamat HIK (Hollands Inlandsche Kweekschool) atau sekolah pendidikan guru, beliau meninggalkan Yogyakarta untuk merantau tanpa membawa bekal apapun dengan berjalan kaki.

Tempat yang dikunjunginya pertama adalah Jombang, Jawa Timur. Di sana beliau belajar silat pada Hasan Basri, sedangkan pengetahuan agama dan lainnya diperoleh dari Pondok Pesantren Tebuireng. Di samping belajar, beliau juga bekerja di Pabrik Gula Peterongan untuk membiayai keperluan hidupnya. Setelah menjalani gemblengan keras dengan lancar dan dirasa cukup, beliau kembali ke barat. Sampai di Solo beliau belajar silat pada Sajid Sahab. Beliau juga belajar kanuragan pada kakeknya, Ki Djogosoerasmo.

Beliau masih belum merasa puas untuk menambah ilmu silatnya. Tujuan berikutnya adalah Semarang, di sini beliau belajar silat pada R.M. Soegito dari pencak Setia Saudara. Dilanjutkan dengan mempelajari ilmu kanuragan di Pondok Randu Gunting Semarang. Rasa keingintahuan yang besar pada ilmu beladiri menjadikan Pak Dirdjo masih belum merasa puas dengan apa yang telah beliau miliki. Dari sana beliau menuju Cirebon setelah singgah terlebih dahulu di Kuningan. Di sini beliau belajar lagi ilmu silat dan kanuragan dengan tidak bosan-bosannya selalu menimba ilmu dari berbagai guru. Selain itu beliau juga belajar silat Minangkabau dan silat Aceh.

Tekadnya untuk menggabungkan dan mengolah berbagai ilmu yang dipelajarinya membuat beliau tidak bosan-bosan menimba ilmu. Berpindah guru baginya berarti mempelajari hal yang baru dan menambah ilmu yang dirasakannya kurang. Beliau yakin, bila segala sesuatu dikerjakan dengan baik dan didasari niat yang baik, maka Tuhan akan menuntun untuk mencapai cita-citanya. Beliau pun mulai meramu ilmu silat sendiri. Pak Dirdjo lalu menetap di Parakan dan membuka perguruan silat dengan nama Eka Kalbu, yang berarti satu hati.

Di tengah kesibukan melatih, beliau bertemu dengan seorang pendekar kuntao aliran Siauw Liem Sie (Shaolinshi) yang bernama Jasakarsa atau dikenal juga dengan nama Jap Kie San. Jap Kie San adalah murid dari Hoo Tik Tjai alias Hoo Liep Poen yang dikenal dengan panggilan Bah Suthur. Hoo Tik Tjai adalah murid dan anak angkat Louw Djeng Tie, pendekar legendaris di dalam dunia persilatan dan salah satu tokoh utama pembawa beladiri kungfu dari Tiongkok ke Indonesia. Di dalam dunia persilatan, Louw Djeng Tie dijuluki sebagai Si Garuda Emas dari Siauw Liem Pay. Saat ini murid-murid penerus Louw Djeng Tie di Indonesia meneruskan perguruan kungfu Garuda Emas.

Pak Dirdjo yang untuk menuntut suatu ilmu tidak memandang usia dan suku bangsa lalu mempelajari ilmu beladiri yang berasal dari biara Siauw Liem (Shaolin) ini dari Jap Kie San selama 14 tahun. Beliau diterima sebagai murid bukan dengan cara biasa tetapi melalui pertarungan persahabatan dengan murid Jap Kie San. Melihat bakat Pak Dirdjo, Jap Kie San tergerak hatinya untuk menerimanya sebagai murid.

Berbagai cobaan dan gemblengan beliau jalani dengan tekun sampai akhirnya berhasil mencapai puncak latihan ilmu silat dari Jap Kie San. Murid Jap Kie San yang sanggup bertahan hanya enam orang, di antaranya ada dua orang yang bukan orang Tionghoa, yaitu Pak Dirdjo dan R. Brotosoetarjo yang di kemudian hari mendirikan perguruan silat Bima (Budaya Indonesia Mataram). Dengan bekal yang diperoleh selama merantau dan digabung dengan ilmu beladiri Siauw Liem Sie yang diterima dari Jap Kie San, Pak Dirdjo mulai merumuskan ilmu yang telah dikuasainya itu.

Setelah puas merantau, beliau kembali ke tanah kelahirannya, Yogyakarta. Oleh pakdenya, yaitu Ki Hadjar Dewantara (Bapak Pendidikan), Pak Dirdjo diminta mengajar silat di lingkungan Sekolah Taman Siswa di Wirogunan. Di tengah kesibukannya mengajar silat di Taman Siswa, Pak Dirdjo mendapatkan pekerjaan sebagai Magazijn Meester di Pabrik Gula Kedaton Pleret.

Pada tahun 1947 di Yogyakarta, Pak Dirdjo diangkat menjadi Pegawai Negeri pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Seksi Pencak Silat, yang dikepalai oleh Mohamad Djoemali. Berdasarkan misi yang diembannya untuk mengembangkan pencak silat, Pak Dirdjo membuka kursus silat melalui dinas untuk umum. Beliau juga diminta untuk mengajar di Himpunan Siswa Budaya, sebuah unit kegiatan mahasiswa UGM (Universitas Gadjah Mada). Murid-muridnya adalah para mahasiswa UGM pada awal-awal berdirinya kampus tersebut. Pak Dirdjo juga membuka kursus silat di kantornya. Beberapa murid Pak Dirdjo saat itu di antaranya adalah Ir. Dalmono, Prof. Dr. Soejono Hadi, dan R.M. Bambang Moediono Probokoesoemo yang di lingkungan keluarga silat Perisai Diri akrab dipanggil Mas Wuk.

Tahun 1954 Pak Dirdjo diperbantukan ke Kantor Kebudayaan Provinsi Jawa Timur, Urusan Pencak Silat. Murid-murid beliau di Yogyakarta, baik yang berlatih di UGM maupun di luar UGM, bergabung menjadi satu dalam wadah HPPSI (Himpunan Penggemar Pencak Silat Indonesia) yang diketuai oleh Ir. Dalmono.

Tahun 1955 beliau resmi pindah dinas ke Kota Surabaya. Dengan tugas yang sama, yakni mengembangkan dan menyebarluaskan pencak silat sebagai budaya bangsa Indonesia, Pak Dirdjo membuka kursus silat yang diadakan di Kantor Kebudayaan Provinsi Jawa Timur, Surabaya. Dengan dibantu oleh Imam Ramelan, beliau mendirikan kursus silat Perisai Diri pada tanggal 2 Juli 1955.

Para muridnya di Yogyakarta pun kemudian menyesuaikan diri menamakan himpunan mereka sebagai silat Perisai Diri. Di sisi lain, murid-murid perguruan silat Eka Kalbu yang pernah didirikan oleh Pak Dirdjo masih berhubungan dengan beliau. Mereka tersebar di kawasan Banyumas, Purworejo, dan Yogyakarta. Hanya saja perguruan ini kemudian memang tidak berkembang, namun melebur dengan sendirinya ke silat Perisai Diri, sama seperti HPPSI di Yogyakarta. Satu guru menjadikan peleburan perguruan ini menjadi mudah.

Pengalaman yang diperoleh selama merantau dan ilmu beladiri Siauw Liem Sie yang dikuasainya kemudian dicurahkannya ke dalam bentuk teknik yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anatomi tubuh manusia, tanpa ada unsur memperkosa gerak. Semuanya berjalan secara alami dan dapat dibuktikan secara ilmiah. Dengan motto "Pandai Silat Tanpa Cedera", silat Perisai Diri diterima oleh berbagai lapisan masyarakat untuk dipelajari sebagai ilmu beladiri.

Pada tahun 1969, salah satu murid Pak Dirdjo yaitu Dr. Suparjono, S.H., M.Si. menjadi staf Bidang Musyawarah PB PON VII di Surabaya. Dengan inspirasi dari AD/ART organisasi-organisasi di KONI Pusat yang sudah ada, Suparjono bersama Bambang Moediono Probokoesoemo, Totok Soemantoro, Mondo Satrijo Hadi Prakoso, dan anggota Dewan Pendekar lainnya pada tahun 1970 menyusun AD/ART Perisai Diri dan nama lengkap organisasi silat Perisai Diri disetujui menjadi Keluarga Silat Nasional Indonesia Perisai Diri yang disingkat Kelatnas Indonesia Perisai Diri. Dimusyawarahkan juga mengenai pakaian seragam silat Perisai Diri yang baku, yang mana sebelumnya berwarna hitam dirubah menjadi putih dengan atribut tingkatan yang berubah beberapa kali hingga terakhir seperti yang dipakai saat ini. Lambang Kelatnas Indonesia Perisai Diri juga dibuat dari hasil usulan beberapa murid Pak Dirdjo, yaitu usulan gambar dari Suparjono, Both Sudargo, dan Bambang Priyokuncoro, yang kemudian usulan dari Suparjono yang terpilih, kemudian disempurnakan dan dilengkapi oleh Pak Dirdjo.

Pada tahun 1982, Pak Dirdjo mengangkat 23 orang muridnya menjadi Pendekar. Para Pendekar yang diangkat langsung oleh Pak Dirdjo ini disebut Pendekar Historis. Pendekar Historis yang berjumlah 23 orang tersebut adalah :

  1. Mat Kusen, dari Surabaya.
  2. Dr. Suparjono, S.H., M.Si., dari Surabaya.
  3. Drs. Noerhasdijanto, S.H., dari Surabaya.
  4. Hari Soejanto, dari Surabaya.
  5. F.X. Supi'i, dari Surabaya.
  6. Ir. Nanang Soemindarto, dari Surabaya.
  7. Prof. Dr. dr. Hari K. Lasmono, M.S., dari Surabaya.
  8. Drs. Siaman, dari Surabaya.
  9. Prof. Dr. M. Hidajat, Sp.O.T., dari Surabaya.
  10. Drs. I Made Suwetja, M.B.A., dari Denpasar.
  11. Arnowo Adji, dari Tangerang.
  12. Yahya Buari, dari Lamongan.
  13. Bambang Soekotjo Maxnoll, dari Cimahi.
  14. Tonny S. Kohartono, dari Surabaya.
  15. Mondo Satrio Hadi Prakoso, dari Surabaya.
  16. Koesnadi, dari Surabaya.
  17. Letkol Soegiarto Mertoprawiro, dari Serang.
  18. Totok Soemantoro, B.Sc., dari Klaten.
  19. Moeljono, dari Nganjuk.
  20. Wardjiono, dari Jakarta.
  21. Gunawan Parikesit, dari Semarang.
  22. I Gusti Ngurah Dilla, dari Surabaya.
  23. Ruddy J. Kapojos, dari Surabaya.

Tanggal 9 Mei 1983, R.M. Soebandiman Dirdjoatmodjo berpulang menghadap Sang Pencipta. Tanggung jawab untuk melanjutkan teknik dan pelatihan silat Perisai Diri beralih kepada para murid-muridnya yang kini telah menyebar ke seluruh pelosok tanah air dan beberapa negara lain, di antaranya yaitu Australia, Belanda, Inggris, Jerman, Swiss, Timor Leste, Perancis, Amerika Serikat, Swedia, Brunei Darussalam, bahkan di Jepang. Untuk menghargai jasa-jasanya, pada tahun 1986 pemerintah Republik Indonesia menganugerahkan gelar Pendekar Purna Utama kepada R.M. Soebandiman Dirdjoatmodjo.

Di Australia, Kelatnas Indonesia Perisai Diri mulai dikembangkan di Brisbane pada tahun 1979 oleh Dadan Muharam, seorang pelatih silat Perisai Diri dari Bandung. Kelatnas Indonesia Perisai Diri berkembang pesat di Australia dengan cabang di berbagai daerah, di antaranya yaitu di Tarragindi, Kuraby, Logan, Ashmore, Burleigh Heads, Springbrook, Maleny, Nambour, Noosaville, Yandina, Gympie, Townsville, Coffs Harbour, Newcastle, Moruya Heads, Melbourne, Adelaide, Perth, dsb.

Kelatnas Indonesia Perisai Diri juga dikembangkan di Belanda oleh Ronny Tjong A-Hung sejak tahun 1979. Saat ini Kelatnas Indonesia Perisai Diri di Belanda telah berkembang dengan tempat latihan di Amsterdam, Hilversum, Maarssen, Nieuwegein, Utrecht, dsb.

Pada tahun 1983, salah satu pelatih silat Perisai Diri yaitu Otto Soeharjono M.S. pindah tugas ke London, Inggris. Beliau mendirikan Kelatnas Indonesia Perisai Diri Komisariat Inggris Raya dan menjadi pelopor PSF UK (Pencak Silat Federation of United Kingdom).

Both Sudargo, salah satu pendekar silat Perisai Diri yang pernah menjabat sebagai Pengurus Bidang Pembinaan Pencak Silat Olahraga PB IPSI, pada tahun 1996 ditugaskan oleh pemerintah sebagai Atase Perhubungan di Kedutaan Besar RI di Tokyo, Jepang. Di negeri yang dikenal sebagai pusat beladiri dunia ini, beliau berhasil mengembangkan pencak silat dengan mendirikan JAPSA (Japan Pencak Silat Association). Dengan dibantu oleh Soesilo Soedarmadji, beliau mengembangkan Kelatnas Indonesia Perisai Diri Komisariat Jepang.

Pada tahun 1997, Chandrasa Sedyaleksana yang sedang menjalani pendidikan di Technical University of Berlin dan kemudian bekerja di Cologne membuka kembali Kelatnas Indonesia Perisai Diri di Jerman yang sebelumnya sudah pernah dirintis oleh Mokhamad Hendayun. Kelatnas Indonesia Perisai Diri Komisariat Jerman memiliki tempat latihan di Bonn.

Pada tahun 2009, Fabien Markiewicz dengan dibantu oleh Chandrasa Sedyaleksana membuka latihan silat Perisai Diri di Audresseles, Perancis. Kemudian disusul oleh Graeme Fullarton yang pada tahun 2013 membuka latihan silat Perisai Diri di Ockelbo, Swedia. Latihan silat Perisai Diri di Swedia bergabung dengan Perancis, Swiss, dan Jerman, membentuk komisariat Kelatnas Indonesia Perisai Diri 4 negara dengan Chandrasa Sedyaleksana sebagai Penanggung Jawab Teknik.

Selain itu Kelatnas Indonesia Perisai Diri juga berkembang di beberapa negara lainnya.

Kelatnas Indonesia Perisai Diri telah beberapa kali menggelar even kejuaraan internasional yang dikenal dengan nama Perisai Diri International Championship (PDIC), yaitu :

  • Invitasi Internasional Perisai Diri I di Semarang tahun 1991
  • Invitasi Internasional Perisai Diri II di Surabaya tahun 1995
  • 3rd Perisai Diri International Championship di Denpasar tahun 2003
  • 4th Perisai Diri International Championship di Yogyakarta tahun 2005
  • 5th Perisai Diri International Championship di Bandung tahun 2007
  • 6th Perisai Diri International Championship di Jakarta tahun 2010
  • 7th Perisai Diri International Championship di Samarinda tahun 2012
  • 8th Perisai Diri International Championship di Denpasar tahun 2014
  • 8th Perisai Diri International Championship di Malang tahun 2017

Even kejuaraan ini diagendakan setiap dua tahun sekali.

Pendidikan dan Latihan Silat Perisai Diri

Tingkatan pesilat Perisai Diri dibagi dalam beberapa tingkatan yang masing-masing ditempuh dalam jangka waktu tertentu. Secara garis besar, tingkatan tersebut dikelompokkan dalam Tingkat Dasar dan Tingkat Keluarga.

Tingkat Dasar terdiri dari Dasar I (sabuk putih), Dasar II (sabuk hitam) dan Calon Keluarga (sabuk merah). Tingkat Keluarga (sabuk merah) terdiri dari beberapa tingkatan yang ditandai dengan warna strip pada badge di dada kiri.

Tahapan pelajaran silat Perisai Diri terdiri dari pengenalan, pengertian, penerapan, pendalaman dan penghayatan.

Senam Kombinasi

Senam Kombinasi merupakan rangkaian gerak silat Perisai Diri yang dilatihkan kepada pesilat sebagai bahan pemanasan sebelum masuk ke sesi latihan inti. Sekilas seperti rangkaian jurus di perguruan pencak silat pada umumnya, namun Senam Kombinasi bukanlah rangkaian yang perlu dihafalkan sebagaimana jurus di perguruan pencak silat pada umumnya.

Rangkaian gerak Senam Kombinasi dibuat oleh para pelatih setempat pada saat latihan berlangsung. Rangkaian gerak ini disusun oleh pelatih dengan pedoman teknik seolah-olah pesilat melakukan Serang Hindar dengan lawan. Rangkaian yang dibuat oleh pelatih tersebut dilaksanakan dengan tenaga dan kecepatan maksimal dan diulang berkali-kali.

Tujuan dari latihan Senam Kombinasi ini adalah untuk menciptakan kebiasaan dalam melakukan teknik yang benar dan menciptakan refleks yang baik terhadap para pesilat. Latihan ini juga akan membentuk otot-otot para pesilat agar dapat beradaptasi dengan teknik Perisai Diri. Senam Kombinasi ini selalu berbeda-beda di setiap sesi latihan, baik tangan kosong ataupun menggunakan senjata.

Teknik Senjata

Mulai tingkat Dasar akan diajarkan teknik-teknik beladiri tangan kosong. Pada tingkat selanjutnya diajarkan juga teknik permainan senjata dengan senjata wajib pisau, pedang dan toya. Dengan dasar penguasaan tiga senjata wajib, pisau mewakili senjata pendek, pedang mewakili senjata sedang, dan toya mewakili senjata panjang, pesilat Perisai Diri dilatih untuk mampu mendayagunakan berbagai peralatan yang ada di sekitarnya untuk digunakan sebagai senjata. Teknik tersebut juga dapat digunakan untuk memainkan senjata lain, seperti celurit, trisula, abir, tombak, golok, pedang samurai, pentungan, kipas, teken, payung, roti kalong, senapan, bayonet, dsb.

Teknik permainan senjata pisau mulai diajarkan kepada pesilat yang telah menduduki tingkat Putih. Namun di tingkat Calon Keluarga, pesilat sudah diperkenalkan dengan pelajaran dasar teknik senjata pisau. Sedangkan teknik permainan senjata pedang mulai diajarkan kepada pesilat tingkat Hijau, tetapi pelajaran dasar teknik senjata pedang sudah mulai diperkenalkan kepada pesilat di tingkat Putih. Teknik permainan senjata wajib yang terakhir yaitu toya, mulai diajarkan kepada pesilat tingkat Biru Merah. Tetapi mulai tingkat Putih Hijau pesilat sudah diperkenalkan dengan pelajaran dasar teknik senjata toya.

Tujuan dari pelajaran senjata adalah memberikan pemahaman bagi pesilat tentang berbagai macam senjata. Dengan mengenal karakteristik senjata, maka anggota akan cepat beradaptasi dengan berbagai senjata. Sebagai contoh, dengan mempelajari pisau, maka pesilat akan mengerti kelebihan dan kekurangan dari senjata pendek. Bahkan pesilat akan dapat mengadaptasi benda-benda serupa seperti keris sebagai senjata, atau bahkan pena dan pensil. Dengan memahami karakteristik senjata ini pula, seorang pesilat akan mengerti bagaimana cara menghadapi berbagai macam senjata bila memang keadaan sudah mendesak.

Serang Hindar

Metode praktis yang sangat penting untuk dipelajari oleh pesilat Perisai Diri adalah latihan Serang Hindar. Pada latihan ini akan diajarkan cara menyerang dan menghindar yang paling efisien, cepat, tepat, tangkas, deras dan bijaksana. Sekalipun berhadapan langsung dengan lawan, kemungkinan cedera amat kecil karena setiap siswa dibekali prinsip-prinsip dasar dalam melakukan serangan dan hindaran. Resiko kecil pada metode Serang Hindar inilah yang melahirkan motto "Pandai Silat Tanpa Cedera". Dengan motto inilah Perisai Diri menyusun program pendidikan dengan memperhatikan faktor psikologis dan kurikulumnya.

Dalam latihan Serang Hindar, dua orang pesilat saling berhadapan satu sama lain. Di dekat mereka ada seorang pelatih yang memperhatikan. Seorang pesilat disebut sebagai A dan seorang lagi disebut dengan B. Pelatih memberi aba-aba "hup !", bersamaan dengan itu A menyerang B dengan satu gerakan, sementara B menunggu serangan itu dekat dan kemudian bergerak menghindar. Pelatih terus memberi aba-aba hingga 5 kali untuk A menyerang dan B harus menghindar saat serangan A sudah dekat. Setelah selesai, giliran B yang menyerang pada 5 aba-aba kedua.

Itulah salah satu metode latihan berpasangan di silat Perisai Diri yang dikenal dengan sebutan Serang Hindar. Metode Serang Hindar ini telah diformulasikan oleh Pak Dirdjo agar bisa memberi rasa aman bagi kedua pesilat. Selama berlatih, pesilat diminta untuk melakukan serangan dan hindaran yang sesuai dengan pedoman teknik silat Perisai Diri.

Metode selanjutnya adalah Serang Hindar Balas. Pada metode Serang Hindar Balas, dalam satu aba-aba, A melakukan serangan dan B menghindar, kemudian B membalas menyerang dan A menghindar. Satu set A serang B hindar dan B balas A hindar, adalah implementasi dari metode Serang Hindar Balas. Pada 5 aba-aba pertama, A mendapatkan kesempatan menyerang pertama kali dan B membalas setelah melakukan hindaran sempurna, kemudian pada 5 aba-aba kedua akan ditukar oleh pelatih, yaitu B menyerang terlebih dahulu.

Tujuan dari latihan Serang Hindar Balas ini adalah untuk melatih pesilat, terutama bagi si penghindar, untuk menghindar ke arah yang sulit dilihat oleh lawan, tetapi akan sangat mudah untuk melakukan serangan balasan. Inilah yang disebut hindaran yang mengunci posisi lawan. Si penghindar juga harus mempelajari bagaimana ia harus meletakkan langkah mereka agar dapat mempercepat serangan balasan berikutnya.

Metode berpasangan lain yang dilatihkan di Perisai Diri adalah Beladiri. Beladiri adalah dimana saat A menyerang, B menghindar sambil melepaskan serangan ke A. Dalam hal ini, B disebut melakukan Beladiri. Jadi perbedaannya dengan metode sebelumnya adalah, bahwa B tidak melakukan hindaran sempurna baru membalas, namun B melakukan hindaran dan serangan dalam satu gerakan.

Sebagai ilustrasi yang sederhana, misalnya A melakukan pukulan ke arah depan, ketika pukulan tersebut dekat maka B bergerak menghindar ke samping sambil menusukkan buku tangannya ke arah mata. Dalam hal ini, maka B melakukan Beladiri.

Serang Hindar, Serang Hindar Balas dan Beladiri akan diajarkan kepada pesilat Perisai Diri baik dari tingkat Dasar sampai tingkat yang tinggi sekalipun. Metode ini akan diaplikasikan baik menggunakan tangan kosong ataupun menggunakan senjata seperti pisau, pedang dan toya.

Teknik Asli

Teknik silat Perisai Diri mengandung unsur 156 aliran silat dari berbagai daerah di Indonesia yang dipilah dan dikelompokkan sesuai dengan karakter dari masing-masing aliran. Teknik Asli dalam silat Perisai Diri juga digali dari aliran Siauw Liem Sie (Shaolinshi) yang dengan kreativitas Pak Dirdjo gerakan maupun implementasinya sudah dijiwai oleh karakter pencak silat Indonesia. Hal ini yang menjadikan ilmu silat Perisai Diri mempunyai sifat unik, tidak ada kemiripan dengan silat yang lain. Disebut Asli karena mempunyai frame tersendiri, bukan merupakan kombinasi dari beberapa aliran silat.

Teknik Asli dalam silat Perisai Diri di antaranya yaitu :

  1. Burung Meliwis
  2. Burung Kuntul
  3. Burung Garuda
  4. Harimau
  5. Naga
  6. Satria
  7. Pendeta
  8. Putri

Selain teknik tersebut di atas, ada beberapa teknik yang menjadi kekayaan teknik silat Perisai Diri, di antaranya yaitu Kuda Kuningan, Lingsang, Satria Hutan dan Kera, serta beberapa teknik dari beberapa daerah di Indonesia, di antaranya yaitu Minangkabau, Jawa Timuran, Cimande, Bawean dan Betawen.

Teknik Minangkabau

Gerakan teknik Minangkabau mirip dengan tarian tradisional dari Minangkabau, Sumatera Barat. Salah satu tujuan dari mempelajari teknik ini adalah untuk memperkuat otot-otot paha dan otot belakang. Teknik ini juga memberikan pengalaman tentang bagaimana rasanya bila kita berada pada posisi yang merendah ke tanah. Rangkaian teknik Minangkabau diajarkan kepada pesilat yang menduduki tingkat Calon Keluarga.

Untuk menyerang lawan, teknik Minang seringkali mendahului dengan membuka bagian lemah dari badannya dengan gerakan yang lambat. Ini adalah pancingan yang disengaja agar lawan menyerang terlebih dahulu. Ketika lawan datang dengan serangan, saat itulah teknik Minang akan bergerak sangat cepat dan keras menghancurkan serangan lawan tersebut dengan sikunya dan dilanjutkan dengan serangan berikutnya.

Teknik Burung Meliwis

Burung Meliwis memiliki ciri khas tersendiri dalam bergerak, yaitu bergerak dengan ringan dan cepat. Tujuan dari mempelajari teknik ini adalah untuk melatih kecepatan, keringanan tubuh dan membiasakan diri menapak dengan ujung kaki. Dengan mempelajari teknik ini, maka pesilat dengan sendirinya akan melatih otot-otot kaki, betis dan pinggul. Rangkaian teknik Meliwis diajarkan kepada pesilat yang menduduki tingkat Putih.

Meliwis menggunakan ujung-ujung jari untuk menyerang lawan. Oleh karena itu, ia hanya akan menyerang bagian-bagian yang sangat lemah seperti mata dan leher. Saat menyerang, Meliwis melontarkan tangannya dengan cepat ke arah lawan dan akan kembali dengan kecepatan yang sama, sehingga mempersulit lawan untuk menolak.

Selain ujung-ujung jari, Meliwis juga menggunakan pergelangan tangannya untuk menyerang bagian-bagian seperti leher dan dagu. Teknik ini juga menggunakan pergelangan tangan bagian dalam untuk menolak dengan cara mengalihkan arah serangan lawan.

Teknik Burung Kuntul

Setelah mempelajari teknik Meliwis, pesilat tingkat Putih Hijau akan menerima pelajaran teknik berikutnya, Burung Kuntul. Bila saat berlatih Meliwis, pesilat diajarkan untuk bergerak ringan, kini pesilat diajarkan untuk melibatkan tenaga saat bergerak ringan.

Dibandingkan dengan Meliwis, Kuntul tidak hanya menyerang bagian lemah, tetapi juga bagian lain seperti lutut. Teknik ini memiliki satu tendangan yang digunakan untuk merusak lutut lawan.

Pada saat menyerang, sifat serangan Kuntul adalah memecut. Serangan dilontarkan sangat cepat dari badan ke arah sasaran dan dengan sendirinya kembali ke arah badan dengan kecepatan yang sama. Namun pola serangan Kuntul tidak pernah lurus kedepan seperti teknik beladiri pada umumnya, serangan Kuntul selalu mengarah ke samping.

Untuk menyerang depan, maka Kuntul akan memposisikan dirinya sedemikian rupa, sehingga lawan menjadi berada di samping saat serangan mencapai target.

Teknik Burung Garuda

Garuda adalah simbol burung terkuat di antara jenis burung lainnya. Oleh karena itu, dibandingkan dengan teknik burung sebelumnya, Garuda memiliki kemampuan bertarung yang paling tinggi. Rangkaian teknik Garuda diajarkan kepada pesilat yang menduduki tingkat Hijau.

Saat berlatih teknik Garuda, pesilat akan dikenalkan bagaimana cara menggunakan perubahan badan sebagai tenaga tambahan saat menyerang atau menolak. Karena kemampuannya dalam menggunakan badan inilah, tenaga yang dimiliki oleh teknik Garuda menjadi lebih besar dibandingkan dengan Meliwis dan Kuntul.

Garuda menggunakan sisi tangan dan sikunya sebagai perlengkapan dalam menyerang dan menolak. Teknik ini selalu mengembangkan kelima jarinya selebar mungkin untuk memperkuat otot tangan bagian samping.

Target serangan Garuda sering ke arah leher. Dengan menggunakan sikunya, Garuda akan menotok bagian leher dan mengiris leher tersebut dengan sisi luar tangan, untuk merusak tulang leher lawan sekaligus merobek kulit lawan. Tidak hanya leher, Garuda juga dapat menyerang ke bagian tengah di antara dua alis mata lawan dan mengirisnya ke sepanjang garis mata.

Dalam jarak yang sangat rapat, Garuda memanfaatkan sikunya ke bagian lemah lawan ataupun memanfaatkan tumitnya untuk melakukan tendangan jarak pendek ke arah kemaluan lawan.

Untuk melindungi diri dari serangan lawan, Garuda memanfaatkan kaki untuk menolak bagian bawah dan tangan untuk bagian tengah dan atas.

Teknik Harimau

Dibandingkan dengan Garuda, teknik Harimau memiliki kemampuan yang lebih besar, baik itu tenaga, kecepatan, keuletan, keganasan dan fleksibilitas gerakan. Rangkaian teknik Harimau diajarkan kepada pesilat yang menduduki tingkat Hijau Biru.

Teknik ini diadaptasi dari karakter hewan aslinya yang disesuaikan dengan anatomi tubuh manusia. Kemampuan Harimau lebih baik dibanding Garuda karena teknik ini sudah menggunakan perputaran badan untuk meningkatkan kecepatan dan tenaga.

Posisi Harimau bisa berbeda-beda, baik itu merendah, sedang ataupun tinggi. Pada saat posisi merendah, teknik ini akan melebarkan kuda-kuda agar lebih merendah ke tanah dan akan menyerang ke daerah bawah dari lawan, dilanjutkan dengan menggulung untuk menjauhkan diri dari lawan. Pada saat posisi tinggi, teknik ini akan mengincar daerah atas seperti dada dan kepala. Teknik inipun kadang menggunakan lompatannya untuk menyerang kepala.

Saat menyerang, Harimau menggunakan perlengkapan seperti cakar, telapak tangan, lutut, tumit dan telapak kaki. Saat menolak, teknik ini akan menggunakan perlengkapannya seperti kaki, tangan dan juga cakarnya. Target sasaran yang menjadi sasaran serangan antara lain mata, muka, telinga, leher, dada, pergelangan badan, kemaluan, lutut dan kulit.

Teknik Naga

Naga dilambangkan sebagai binatang terkuat di jajaran teknik silat Perisai Diri. Oleh karena itu, Naga diberikan pada jenjang teknik hewan terakhir di silat Perisai Diri. Keunikan dari teknik Naga terdapat pada cara langkahnya yang selalu mengandung putaran. Hal ini dilakukan untuk menuju poros tengah lawan saat menghindar, memapas ataupun menyerang. Tenaga yang dikeluarkan pun lebih besar dibanding teknik sebelumnya karena teknik ini telah menyatukan kemampuan perputaran badan dan perpindahan berat badan sebagai tambahan tenaganya.

Ditambah lagi, pesilat yang menerima teknik ini adalah mereka yang telah menduduki tingkat Biru. Di tingkat ini, mereka mendapatkan pelajaran pernafasan tahap 1 yang berfokus untuk meningkatkan tenaga. Oleh karena itu, teknik Naga pun akan semakin kuat lagi karena pesilat tingkat Biru mengkombinasikan teknik dan pernafasan ke dalam aplikasinya.

Saat menyerang, teknik Naga akan merusak persendian leher, paha dan tangan. Daerah lemah seperti dagu dan kemaluan juga bisa menjadi sasaran serangan apabila daerah tersebut terbuka.

Teknik Satria

Setelah mempelajari teknik hewan, di tingkat Biru Merah pesilat akan mulai mempelajari teknik manusia. Teknik manusia yang pertama dipelajari adalah Satria. Pada tingkat ini, pesilat dianggap telah mampu menerapkan seluruh kemampuan dari teknik hewan pada tingkatan-tingkatan sebelumnya. Sebagai suatu teknik manusia, Satria akan mulai meninggalkan karakter kehewanannya, seperti liar, buas dan brutal. Satria akan berpikir tepat sebelum bertindak dan melaksanakan geraknya dengan penuh percaya diri.

Bersamaan dengan penerimaan pelajaran teknik ini, seorang pesilat juga menerima pelajaran pernafasan tahap 2 yang difokuskan untuk meledakkan tenaga. Karena kemampuan dari dua tahap pernafasan tersebut, sifat teknik Satria menjadi penuh dengan rasa percaya diri. Ketika serangan datang, Satria akan menolak, memapas dan merusak perlengkapan serangan lawan dengan memukul titik persendian. Saat bergerak, teknik ini tidak melakukan gerakan-gerakan yang rumit seperti pada teknik Harimau dan Naga.

Teknik Pendeta

Dalam Bahasa Jawa, pandito artinya adalah orang yang selalu memberikan falsafah jalan kebaikan pada orang lain. Karakter ini pun terbawa ke dalam teknik itu sendiri. Teknik ini tidak menunjukan kebrutalan dan juga tidak banyak merusak ataupun menghancurkan persendian lawan. Walaupun kemampuan seorang pesilat yang mempelajari Pendeta tetap memiliki kemampuan seluruh teknik di bawahnya, namun teknik ini sendiri tidak akan merusak bila tidak diperlukan. Rangkaian teknik Pendeta diajarkan kepada pesilat yang menduduki tingkat Merah.

Pola gerak yang dilakukan teknik ini pun jauh lebih sederhana. Serangannya hanya berpola lurus, dengan jarak yang dekat. Serangan yang dilakukan sepenuhnya menggunakan putaran badan. Perlengkapan yang digunakan saat menyerang adalah kepalan tangan, sisi samping badan, kepala dan tumit. Bentuk tangan dari teknik ini selalu mengepal. Sasaran serangan umumnya adalah ulu hati, kepala, rusuk dan beberapa bagian persendian.

Teknik Putri

Teknik Putri adalah teknik tertinggi di silat Perisai Diri. Rangkaian teknik Putri diajarkan kepada pesilat mulai tingkat Merah Kuning. Karakter dari teknik ini bisa berubah-ubah. Terkadang lembut, namun tiba-tiba berubah menjadi sangat cepat dan keras, kemudian lembut kembali. Putri menggabungkan seluruh kemampuan yang ada pada teknik-teknik sebelumnya, ditambah dengan kemampuan fleksibilitas gerak yang tidak baku seperti teknik lain. Tenaga yang digunakan bersifat kosong isi. Istilah ini berarti bahwa Putri akan selalu kosong tidak bertenaga, namun di dalam kekosongannya, keluar tenaga yang sangat besar saat terjadi sentuhan dengan lawan.

Putri seringkali melakukan dua macam tindakan dalam satu gerakan. Baik itu menyerang sambil menghindar ataupun menyerang sambil menolak. Teknik inipun sering memanfaatkan tenaga lawan untuk menyerang, sehingga tenaga yang ia keluarkan semakin sedikit. Perputaran badan selalu diaplikasikan dalam tekniknya ditambah dengan pernafasan tahap 3 yang selalu mengiringi geraknya. Serangannya bersifat gelap, yang artinya sulit untuk dilihat lawan. Putri biasanya hanya bereaksi terhadap serangan lawan. Ia tidak berinisiatif melakukan serangan terlebih dahulu.

Teknik Olah Pernafasan

Ketika pesilat telah menduduki tingkat Biru, ia akan mulai menerima pelajaran teknik olah pernafasan yang berguna baik untuk kebugaran maupun untuk menunjang beladiri. Teknik pernafasan Perisai Diri dibagi menjadi 3 tahap.

Tahap pertama tujuannya untuk menghimpun tenaga. Seorang pesilat akan belajar teknik pernafasan untuk meningkatkan tenaga dan membuat otot-ototnya menjadi keras. Ketika seorang pesilat telah menyelesaikan latihan pernafasan tahap 1, maka ia harus langsung melanjutkannya ke latihan pernafasan tahap 2. Pada tahap 2 ini akan difokuskan untuk meledakkan tenaga. Tenaga yang telah mampu dihimpun sebagai hasil latihan di tahap 1, kini diarahkan untuk dilepaskan dalam bentuk-bentuk teknik, baik serangan, tolakan, papasan dan bahkan hindaran.

Tahap terakhir dari latihan teknik pernafasan ini adalah pernafasan tahap 3. Pada tahap 3 akan ditekankan pada implementasi nafas ke dalam seluruh gerakan silat. Setelah implementasi tahap 3, seorang pesilat akan mampu bernafas dengan lembut, bergerak dengan cepat dan seketika menghasilkan tenaga saat diperlukan. Seluruh pola pernafasan, cara implementasi dan penghayatannya akan dilatihkan pada tahap ini. Oleh karena itu, pelajaran ini hanya akan diberikan kepada Pelatih yang dituntun langsung oleh seorang Pendekar.

Kerokhanian

Pesilat yang memiliki keterampilan bertarung setelah mempelajari teknik silat dan teknik olah pernafasan sangat perlu diberikan pendidikan mental spiritual agar menjadi pesilat yang berbudi luhur, yang dalam silat Perisai Diri dikenal dengan istilah pendidikan kerokhanian. Pendidikan kerokhanian diberikan secara bertahap untuk memberi pengertian dan pelajaran tentang diri pribadi dan manusia pada umumnya, sehingga diharapkan tercipta pesilat yang bermental baja dan berbudi luhur, mempunyai kepercayaan diri yang kuat, berperangai lemah lembut, serta bijaksana dalam berpikir dan bertindak. Keseimbangan antara pengetahuan silat dan kerokhanian akan menjadikan anggota Kelatnas Indonesia Perisai Diri waspada dan mawas diri, tidak sombong, dan setiap saat sadar bahwa di atas segala-galanya ada Sang Pencipta.

Pengkot Kelatnas Indonesia Perisai Diri Batam

Susunan Personalia

Pengurus Kota
Kelatnas Indonesia Perisai Diri
Batam

Masa Bakti 2012 - 2016

Berdasarkan SK Ketua Umum Pengurus Pusat Kelatnas Indonesia Perisai Diri

Nomor 09/32/PD.00/I/2012 Tanggal 14 Januari 2012

     
Pembina : Ir. Mustofa Widjaja, M.M.
     
Penasehat : - Drs. Nashril
    - Suparno
    - Ricky Mendoza, S.T.
    - Chusnadi
    - Heri Basman
     
Penanggungjawab Teknik : Hadi Susanto, S.T.
     
Ketua Umum : Asfian Rosadi
     
Sekretaris Umum : Agus Winarno
Sekretaris : Gamita Salendri
     
Bendahara Umum : Ruservi Libriani
Bendahara : Elvia Yunengsy
     
Bidang Pembinaan Organisasi
Ketua Bidang : Hufron Irfandi Rizky
Asisten : - Rycko Andreas Canover
    - Wili Fauzan Yunus
    - Nurul Aini
     
Bidang Pembinaan Prestasi
Ketua Bidang : Nurman Akhmadi
Asisten : - Ernesta Ignosa Daos Kadati
    - Arius Sulung
    - Maulana Ilham
    - M. Adam Saputra
     
Bidang Pembinaan Seni Budaya Silat
Ketua Bidang : Dyar Pedut Pamungkas, S.Kom.
Asisten : - Munawir
    - Agus Pranomo Putro
    - Khairul Mukminin
    - Diartha Vellayati
     
Bidang Pembinaan Mental
Ketua Bidang : Sevli Canover
Asisten : - Nilla Rahmita
    - Ari Putra Caniago
    - Risky Saputra
    - Lafia Putri Dwi Pramesti
     
Bidang Sarana dan Prasarana
Ketua Bidang : Asep Sabik Saepudin
Asisten : - M. Ari Wibowo
    - Gamita Salendra
    - Lalu Suryadi Suyan Deni
    - Zazriramdan
     

Ditetapkan di Surabaya pada tanggal 14 Januari 2012

Pengurus Pusat Kelatnas Indonesia Perisai Diri

ttd

Ir. Nanang Soemindarto
Ketua Umum

Lambang Perisai Diri

Pasal 15 Anggaran Dasar :

Kelatnas Indonesia Perisai Diri mempunyai lambang, panji-panji dan pakaian seragam dengan bentuk serta makna sebagaimana diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 41 Anggaran Rumah Tangga :

  1. Keluarga Silat Nasional Indonesia Perisai Diri mempunyai lambang yang bernama "Bunga Sepasang".
  2. Arti, ukuran, bentuk dan warna lambang terlampir di dalam Anggaran Rumah Tangga ini.
  3. Penggunaan panji-panji dan atribut-atribut lain yang memakai lambang Keluarga Silat Nasional Indonesia Perisai Diri ditentukan dalam peraturan tersendiri.

Lampiran Anggaran Rumah Tangga :

Lambang Perisai Diri

Manusia menunduk dengan tangan menyusun sikap Bunga Sepasang, di atas bunga teratai yang berdaun lima berwarna kuning, di bawahnya didasari dengan sayap putih dengan tulisan PERISAI DIRI, di dalam suatu bangun segitiga berwarna merah bertepikan warna kuning.

  1. Manusia menunduk bersikap Bunga Sepasang, mempunyai makna bahwa Kelatnas Indonesia Perisai Diri bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan dengan penuh rasa tanggung jawab melaksanakan azas dan tujuan Kelatnas Indonesia Perisai Diri.
  2. Bunga teratai berdaun lima berwarna kuning, mempunyai makna bahwa dalam melaksanakan tujuan Kelatnas Indonesia Perisai Diri berazaskan Pancasila.
  3. Sayap warna putih bertuliskan PERISAI DIRI, mempunyai makna bahwa Kelatnas Indonesia Perisai Diri mempunyai sikap hidup yang dinamis, selalu mempunyai tekad dan semangat untuk mengembangkan bela diri Indonesia umumnya dan Silat Perisai Diri khususnya serta memelihara kelestariannya sebagai budaya bangsa.
  4. Bangun segi tiga berwarna merah bertepikan warna kuning, mempunyai makna :
    • Tujuan luhur / roh suci
    • Hidup / sukma
    • Kekuatan / bayu
  5. Warna merah putih, mempunyai makna asal dan perantaraan ayah dan ibu.

    Pengurus Pusat Perisai Diri

    Pengurus Pusat
    Kelatnas Indonesia Perisai Diri

    Masa Bakti 2010 - 2014

         
    Penasehat : Sri Sultan Hamengkubuwono X
         
    Ketua Kehormatan : Rachmat Gobel
         
    Ketua Umum : Ir. Nanang Soemindarto
         
    Ketua Harian : Didi Achmady, S.H.
         
    Sekretaris Umum : Drs. Heroe Poernomohadi, S.H., M.M.
    Sekretaris : - R. Djati Kusumo
        - Kukuh Karnanto, S.T., M.Eng.Sc.
        - Unggul Wicaksono, S.T.
         
    Bendahara Umum : H. Hari Soejanto
    Bendahara : - Hari Purwanto, B.A.
        - drh. Rozak Abadi
         
    Bidang Hubungan Organisasi dan Pembinaan Hubungan Daerah
    Ketua : Ir. Syaukat Ali, M.Si.
    Asisten : - Ir. Sigit Prakoso, M.M.
        - I Made Astrama, S.E.
         
    Bidang Pendidikan dan Latihan
    Ketua : drh. Prima Lurianto
    Asisten : - I Gede Madia B.W.
        - Joko Widodo, A.Md.
        - I Nyoman Sujana, S.H., M.H.
         
    Bidang Mental Spiritual
    Ketua : Djang Kastam
    Asisten : - Arnowo Adji
        - Slamet Priyadi
         
    Bidang Pembinaan Prestasi
    Ketua : Dr. Johansyah Lubis
    Asisten : - Ir. Karyono
        - Nyoman Yamadiputra, S.E., Ak.
         
    Bidang Pembinaan Seni
    Ketua : Momon Ageng Purnomo
    Asisten : - Nengah Ardina
        - Drs. Joko Priyanto
         
    Bidang Luar Negeri
    Ketua : Don Sunaringsuryo Basuki, M.Sc.
    Asisten : - Limonu Katili
        - Ir. Maryono Gapoer
         
    Bidang Usaha dan Dana
    Ketua : Drs. Kartono, M.M.
    Asisten : - Tri Sutikno
        - Choirul Alam, S.Pd.
        - Nurhadi
        - Syaiful
         
    Lembaga Pelatih
    Ketua : Bambang Wahyono
    Asisten : - Henry Molomoe
        - Mulyana, Sp.Ok.
         
    Lembaga Wasit dan Juri
    Ketua : Leonora H.B.
    Asisten : - Satriyo Lelono
        - Nurzaman
         
         

    Presidium Dewan Pendekar
    Kelatnas Indonesia Perisai Diri

    Masa Bakti 2010 - 2014

         
    Ketua : Drs. Noerhasdijanto, S.H., M.B.A.
         
    Anggota : - Dr. I Made Suwetja, M.B.A.
        - Gatot Mudjono, B.A.
        - Ir. Sunardi, M.Si.
        - Ir. Putu Surya Kencana Putra
         

     


    Ir. Nanang Soemindarto
    (Ketua Umum Pengurus Pusat)
    dan
    Drs. Noerhasdijanto, S.H., M.B.A.
    (Ketua Presidium Dewan Pendekar)